|
|
|
|
Sejak berdiri pada tahun 1999, sampailah sekarang, beberapa unit pelaksana kegiatan yang sifatnya menunjang hasrat dan cita-cita pengembangan kebudayaan ditubuhkan. Penerbitan buku, khususnya diutamakan buku-buku sastra dan budaya, merupakan unit kegiatan pertama yang dibentuk. Pada tahun 1999, unit kegiatan yang bernama Penerbit Yayasan Pusaka Riau menerbitkan paling tidak 5 [lima] buah buku sastra karya penulis Riau. Demi memaksimalkan penerbitan buku, pada tahun 2000, ditubuhkan pula unit percetakan dengan nama percetakan CV. Pusaka Riau. Tahun 2002, perhatian difokuskan pada bidang pendidikan. Keinginan untuk memiliki sebuah lembaga pendidikan seni akhirnya terwujud dalam bentuk pendirian Akademi Kesenian Melayu Riau [AKMR]. Melalui kerja keras dan jalinan kerjasama dengan beberapa pihak terkait, pada tahun 2002 itu juga proses perkuliahan pada Akademi Kesenian Melayu Riau dimulai. Selain menubuhkan AKMR, pada tahun yang sama, ikut pula didirikan dua lembaga penerbitan yang baru, yaitu penerbit Daulat Riau dan Mahkota Riau. Berdepan-depan dengan perkembangan dunia seni yang dinamis, tahun 2004 didirikan pula unit pelaksana kegiatan yang secara khusus dihajatkan mengakomodir perkembangan kebudayaan dan seni lewat jalur media rekam. Bentuk kongkrit dari kegiatan itu adalah dengan membangun sebuah studio rekaman, sebuah rumah produksi [production house], studio latihan, dan perangkat sound system. Unit kegiatan ini dikelola di bawah satu manajemen yang di beri nama Mara, yang dalam bahasa Melayu berarti Maju. Sejalan dengan pendirian dan pengembangan unit-unit pelaksana kegiatan, proses berkesenian dan kegiatan kebudayaan dilakukan pula secara beriringan. Setelah menerbitkan majalah sastra tiga bulanan “Berdaulat” pada awal tahun 2000, Yayasan Pusaka Riau secara aktif melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga kesenian yang ada di Indonesia. Bekerjasama dengan Yayasan Kelola, Solo, pernah pula menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Seni di Pekanbaru, dengan melibatkan berbagai institusi kesenian yang berada di dalam dan luar Riau. Forum diskusi sastra tak lupa pula dilakukan. Setiap Jum’at pertama pada awal bulan dilaksanakan diskusi sastra dengan nama “Majelis Jum’at”. Pembicara diskusi ini terdiri dari sastrawan terkemuka, kritikus penting, dan penikmat kesusastraan di Indonesia. Beberapa nama yang pernah menjadi pembicara di forum “Majelis Jum’at” ini antara lain sastrawan Goenawan Muhammad, Maman S. Mahayana, Fakhrunas MA Jabbar, dan Drh. Chaidir, MM. Kegiatan kesenian dan kerja kebudayaan secara terus-menerus akan menjadi jiwa bagi perjalanan Yayasan Pusaka Riau ke depan. Bidang-bidang lain yang berada di luar kebudayaan, yang juga akan terus dikembangkan, seperti percetakan, studio rekam, dan jalur usaha lainnya, berada pada posisi pendukung atau pembeli laluan, sehingga dengan usaha-usaha yang ada itu jalan kebudayaan dapat terus memanjang, menuju matlamat.
Profil |Penerbit |Percetakan |AKMR |MARA |Sagu Band
|
