Selamat Datang di Pusaka Riau Site

 

 

 

 

 

 


Yayasan Pusaka Riau

 

Profil
Penerbit

Percetakan
AKMR
MARA

Daftar Buku
Katalog Buku

 

 

 

Sagu Band

Ganni

Toy Rori

Jefri

Widdi

 

 

Selamat Datang di Yayasan Pusaka Riau Site

Profil |Penerbit |Percetakan |AKMR |MARA |Sagu Band |Daftar Buku

 

 

Ganni

 Aku dilahirkan di sebuah desa kecil di tepian Selat Rengit (kami menyebutnya Sungai Terus), sebuah selat yang menghubungkan pulau-pulau di sepanjang Selat Melaka dengan pesisiran pantai Pulau Merbau, Rangsang dan Tebing Tinggi. Kampung kecil yang berpenduduk sekitar 30 kepala keluarga saat itu, dulunya dikenal sebagai tempat persinggahan raja dan para hulu-balang dari kerajaan Siak Sri Indrapura, mereka mengenalnya sebagai Sungai Cempedak. Sampai hari ini, bukti dari cerita tersebut masih dapat dibuktikan dengan adanya makam-makam para dayang maupun kerabat diraja Kerajaan Siak -salah satunya makam Engku Zainab, seorang kerabat Sultan Siak yang wafat di tanah tersebut. Selain itu, di sana terdapat juga sebuah makam yang dipercayai sebagai makam Syeikh Mohammad Nuh yang dikhabarkan berasal dari tanah Tumasek (Singapura). Aku selalu bermain disekitar areal makam tersebut sewaktu aku masih berumur 7 hingga 10 tahun.

Itu hanya sebagian “catatan”, bahwa tanah itu begitu menarik bagiku. Hari ini kampung tersebut  telah berganti nama menjadi Bandul Alai Selatpanjang, di “dua muara” kerajaan gemilang dalam alam Melayu, Siak dan Lingga.

Tangisan pertamaku mungkin seiring dengan deburan ombak Selat Melaka yang memang kebetulan tak jauh dari rumah tempat aku dilahirkan. Ayahandaku – Abdul Rahman bin Khalifah Ja’afar – dilahirkan di Siak Sri Indrapura, tepatnya 15 tahun sebelum negara ini merdeka. Beliau hijrah ke Sungai Cempedak (Bandul-Alai) pada pertengahan tahun 50-an, setelah berkeliling di pesisir pantai Kepulauan Riau. Atukku – Khalifah Ja’far – adalah seorang ulama yang ditugaskan oleh Sultan Siak untuk mengajarkan agama di sebuah desa kecil di pinggiran sungai Siak yang bernama Benayah. Beliau menetap hingga wafat dan dimakamkan di tanah tersebut.

Sedangkan noyangku adalah Panglima Sontol/Santol, seorang saksi dan pelaku sejarah dalam peristiwa “banjir darah di Mempusung”, saat terjadinya perang saudara antara kerajaan Siak dengan Pelalawan beberapa abad yang lalu. Hanya saja aku tak tahu , Atukku di pihak siapa…

Aku punya Emak yang sangat aku cintai dan kagumi, Ummi Kaltsum binti H. Ahmad, seorang wanita berdarah Bugis yang banyak mengajarkan aku akan petuah-petuah kehidupan yang sangat mengakar dan mahal sekali. Uwakku (kakek dari sebelah emak) – H. Ahmad – adalah lelaki Bugis Bone yang hijrah dari kerajaan Lingga ke Sungai Cempedak sebagai basis pelayarannya ke Tumasek dan Melaka pada masa itu. Sedangkan noyang dari pihak Emakku – H. Ismail – adalah salah seorang pasukan armada laut yang berjuang langsung dalam Perang Riau bersama Raja Haji Fisabilillah, beliau dikenal dengan nama Daeng Ismail. Beberapa puak kami menyebut bahwa beliau gugur dalam peperangan di laut Bintan tersebut, hingga sampai saat ini kami tak pernah tahu di mana letak makamnya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan meletakkan almarhum pada tempat yang layak di sisi-Nya, amin.

Lantas siapakah aku ?

Aku hanya lelaki kecil penyendiri, suka bermimpi, merenung, pendengar dan paling suka membaca. Aku tumbuh bersama syair dan ayat-ayat (aku masih ingat nyanyian dan doa yang kerap dibacakan emakku saat mengantarkan aku ke peraduan sampai hari ini). Begitu banyak petuah, pantang-larang, adat resam bahkan ilmu agama yang diajarkan emak, saat aku mulai melangkah untuk merapah kehidupan ini…terima kasih bonda, untuk hal yang amat berharga ini.

            Aku melahap buku-buku cerita, mendengar begitu banyak dongeng, sampai begitu banyak hikayat bahkan buku sains milik abangku yang sudah kubaca dari umur enam tahun. Mungkin kebiasaan ini yang membuat aku jadi sedikit “kampungan”, ketika harus berhenti di jalan untuk memungut serpihan koran untuk kubaca di manapun aku melihatnya.

 Nyanyian ? Terus terang aku suka ! Umur lima tahun aku sudah mampu menghafal lagu “Om Yansen”…ha ha ha, itu lagu yang menarik. Sejak saat itu, aku terus menyanyi dan menyanyi lagi. Bahkan aku mulai mencatat sendiri lagu-lagu yang aku suka mulai saat itu.

Tahun 1989 aku dijemput abang iparku dari Malaysia untuk bertemu kakakku di Johor Bahru, aku pergi bersama emakku saat itu. Selama delapan bulan di sana, aku kembali pulang untuk melanjutkan sekolahku yang kian terbengkalai. Tapi aku melihat sepupuku yang bernama Karim sudah pun pandai bermain gitar. Aku terkesima… Karim adalah guru pertamaku untuk menguasai alat itu. Aku tak akan pernah melupakan kenangan ini. Sejak saat itu, gitar betul-betul menjadi sahabat sejatiku, kemana pun aku pergi: ke sekolah, memancing, bahkan sampai tidur sekalipun. Seandainya anda berada di sana (Bandul Alai tahun ’89), and pasti akan menjumpai seorang budak lelaki kecil yang berjalan dengan gitar kayu-handmade-nya lalu tepekik-telolong menyanyi riang…Itulah aku.

 Aku punya tiga panggilan khusus selain Ganni. Abangku memanggilku dengan panggilan “Johny” (katanya terinspirasi Bar Navy John, film tahun 80-an, tu). Nama ini melekat dalam pergaulanku sehari-hari di kampungku. Sampai sekarang, bapakku memanggil aku “ayang” (anak yang disayang, he he), sedangkan emakku memanggil aku dengan sebutan “Tuah” sebagai dualisme pengertian ; Lelaki yang selalu beruntung, dan Lelaki yang mewakili sifat-sifat ksatria, jujur, dan begitu cinta pada tanah air…laksana sifat pahlawan tanah Melayu, Laksemana Hang Tuah.

Aku adalah anak bungsu yang sangat bahagia…Mereguk kasih sayang dari telaga yang begitu manis bernama keluarga. Bagiku, hal ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Bukti kemanjaanku salah satunya adalah “berhenti menyusu” saat duduk di kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS Al-Huda), setingkat sekolah dasar di kampung ku. Ha?! Kisah tentang kemanjaan dan kasih sayang yang dilimpahkan oleh kedua orang tua dan semua kakak beradikku tersebut tak membuat aku lupa, bahwa “hidup punya tanggung jawab”, hidup adalah sebuah perjalanan panjang !

 

email: Sagu_band@yahoo.com
        blud_2004@yahoo.com

 

 

 

Kembali ke halaman Utama

Profil |Penerbit |Percetakan |AKMR |MARA  |Sagu Band | Email : Pusakariau@plasa.com |Po.Box 1351 Pekanbaru | Komplek (Purna MTQ) Pekanbaru Telp:(0761) 858710